GEAR
untuk meningkatkan performa tarikan motor ini, rasio final
gear mesti di
perbesar, bisa dengan mengganti gear belakang atau gear depan.
berikut ini perbandingan rasio adalah sbb :
Std rasio adalah 14 : 44 final gear rasio adalah 3.142857
beberapa alternatif penggantian gear belakang
14 : 47 final gear rasio menjadi 3.357143 naik dari std rasio, cukup
bagus utk menaikkan torsi tanpa mengorbankan top speed.
14 : 48 final gear rasio menjadi 3.428571 naik dari std rasio, sangat
bagus menaikkan torsi top speed mungkin akan turun tapi tidak
significant.
14 : 50 final gear rasio menjadi 3.571428 naik dari std rasio,
menaikkan torsi secara extrime tapi top speed akan dikorbankan and pasti
boros bensin.
perbesar, bisa dengan mengganti gear belakang atau gear depan.
berikut ini perbandingan rasio adalah sbb :
Std rasio adalah 14 : 44 final gear rasio adalah 3.142857
beberapa alternatif penggantian gear belakang
14 : 47 final gear rasio menjadi 3.357143 naik dari std rasio, cukup
bagus utk menaikkan torsi tanpa mengorbankan top speed.
14 : 48 final gear rasio menjadi 3.428571 naik dari std rasio, sangat
bagus menaikkan torsi top speed mungkin akan turun tapi tidak
significant.
14 : 50 final gear rasio menjadi 3.571428 naik dari std rasio,
menaikkan torsi secara extrime tapi top speed akan dikorbankan and pasti
boros bensin.
OIL
karena kebanyakan temen di sini pake
nih oli dan ane juga pake dan oli ini bagus walau buatan lokal
harga : 20-25rb /liter (tergantung beli di mana)
enduro racing 4t 10w-40 synthetic ukuran 1 liter
klu gak ada yang 1 liter belilah yg 0.8 liter dengan sae yg sama tapi beli 2 botol ya so ntar tinggal tambahin 0.2 liter biar genap 1 liter dan jangan lupa setiap ganti oli ganti juga saringan oli nya (rp. 12-15rb)
saran : Belilah di tempat yg resmi dari pertamina (SPBU) untuk menghindari beli oli palsu
harga : 20-25rb /liter (tergantung beli di mana)
enduro racing 4t 10w-40 synthetic ukuran 1 liter
klu gak ada yang 1 liter belilah yg 0.8 liter dengan sae yg sama tapi beli 2 botol ya so ntar tinggal tambahin 0.2 liter biar genap 1 liter dan jangan lupa setiap ganti oli ganti juga saringan oli nya (rp. 12-15rb)
saran : Belilah di tempat yg resmi dari pertamina (SPBU) untuk menghindari beli oli palsu
Sparepart Alternatif
persamaan spare parts
kanvas REm depan = suzuki thunder 125
kanvas rem belakang Honda GL pro
kanvas kopling
honda Gl pro type lama
honda Glpro type baru tapi hnya 4 lembar
honda grand tapi hanya 4 lembar
honda tiger
kanvas REm depan = suzuki thunder 125
kanvas rem belakang Honda GL pro
kanvas kopling
honda Gl pro type lama
honda Glpro type baru tapi hnya 4 lembar
honda grand tapi hanya 4 lembar
honda tiger
Knalpot
Knalpot juga bisa memberikan kontribusi yang cukup
signifikan dalam meningkatkan performa. Dengan mengganti knalpot standar dengan
knalpot freeflow macam AHRS, R9 atau knalpot racing lain yang banyak di
pasaran, peningkatan performa dapat kita capai dengan cukup signifikan.
Kebetulan saya dapet informasi tambahan tentang knalpot, hasil komparasi dari majalah otomotif (sayang AHRS ga masuk).
keterangan: P=Power, T=Torsi
Standard:
P = 10,33 dk, T = 10,06 Nm
(ternyata kecil banget)
1. Nojikawa (600 ribuan)
P = 10,91 dk, T = 10,70 Nm
2. R9 (1,5 jutaan)
P = 10,91 dk, T = 10,52 Nm
3. HRP (2 jutaan)
P = 10,81 dk, T = 10,41 Nm
4. CLD (1,3 jutaan)
P = 10,86 dk, T = 10,41 Nm
5. 2 Brothers (kemahalan)
P = 10,66 dk, T = 10,43 Nm
Kebetulan saya dapet informasi tambahan tentang knalpot, hasil komparasi dari majalah otomotif (sayang AHRS ga masuk).
keterangan: P=Power, T=Torsi
Standard:
P = 10,33 dk, T = 10,06 Nm
(ternyata kecil banget)
1. Nojikawa (600 ribuan)
P = 10,91 dk, T = 10,70 Nm
2. R9 (1,5 jutaan)
P = 10,91 dk, T = 10,52 Nm
3. HRP (2 jutaan)
P = 10,81 dk, T = 10,41 Nm
4. CLD (1,3 jutaan)
P = 10,86 dk, T = 10,41 Nm
5. 2 Brothers (kemahalan)
P = 10,66 dk, T = 10,43 Nm
Cdi
Komparasi CDI Kawasaki D-Tracker 150
MotoBike - Kini Kawasaki D-Tracker 150 kian banyak berkeliaran di jalan. Pasti banyak pula perangkat aftermarket-nya di pasaran. Salah satunya otak pengapian alias CDI.
Di pasaran, ada 4 CDI untuk motor ini yang bisa dilirik buat ningkatin performa supermoto mini Kawasaki tersebut. Namun seberapa besar khasiatnya dalam mendongkrak performa, tentu belum banyak yang tahu. Nah, kali ini kami mengomparasi keempat CDI tersebut buat pembesut D-Tracker yang berniat tebus otak pengapian high performance.
Semua produk sistem pemasangannya langsung colok alias plug and play (PnP). Metode pengujiannya diukur pakai mesin dyno milik Sportisi Motorsport di Jl. Tenggiri No.4A, Jaktim. D-Tracker yang dijadikan bahan praktik kami pinjam unit gres dari PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI).
Hasil pengukuran tenaga standarnya tercatat 9,44 dk/8.200 rpm dengan torsi maksimal 9,63 Nm/5.600 rpm. Lantas seperti apa hasilnya bila CDI diganti pakai tiap-tiap kontestan kita kali ini? Yuk intip saja hasilnya!
BRT Power Max-HYPERBAND
Produk rancangan PT Trimentri Niaga (TN) yang dikomandani Tomy Huang di Cibinong, Bogor, Jabar ini mengandalkan tipe Power Max-Hyperband. Pemasangan tinggal plug & play, karena hanya menyajikan satu kurva, makanya tak perlu setting apapun. Dijual Rp 430 ribu.
Kendati PnP, power yang bisa dibangkitkan tergolong mantap. Tenaga terkerek jadi 10,04 dk/7.850 rpm, sedang torsi 10,29 Nm/5.500 rpm. Naik sebesar 0,6 dk dan 0,66 Nm. Karakter tenaga dan torsi mirip standarnya.
BRT: 021-8790 8958
Nojikawa
CDI yang jadi perangkat resmi Kawasaki ini penuh fitur mumpuni. Apalagi untuk yang gemar utak-atik sendiri. Total punya 16 pilihan timing, plus masih ada setelan untuk pulser angle. "Mesin harian pakai pilihan 0 sampai 4, sedang untuk stage 1 pakai 5 sampai 9, sedang pilihan A sampai F untuk yang sudah korek ekstrem," jelas Robert Cong, dari PT. Global Motorindo selaku distributor resminya.
Nah, hasil tes OTOMOTIF mendapatkan setting D-Tracker maksimal di setelan angka 3, yang mendapatkan tenaga maksimal 10,09 dk/7.850 rpm, dengan torsi 10,23 dk/5.500 rpm. Peningkatannya lumayan sebanding kan dengan banderolnya yang Rp 650 ribu?
Global Motorindo: 021-4287 6931
Cheetah Power
Produk ber-casing hijau mentereng ini mendapatkan tenaga maksimal 10,00 dk/7.850 rpm dengan torsi 10,17 Nm/5.400 rpm. Enaknya, CDI dual band ini bisa dibilang user friendly karena mudah untuk di-setting. Harganya pun cukup terjangkau di rentang Rp 450 ribu.
"Format database-nya disimpan dalam file Excel, jadi kompatibel di komputer manapun," ungkap Ari Tristianto, dari bengkel Dinamika Motor Sport yang jadi distributor. Kalau kurang puas, tinggal cari ubah timing tiap kelipatan 0,5 derajat.
Berkat fitur dual band itu juga terdapat tombol selektor timing pengapian mana yang ingin digunakan. Nah, masing-masing opsi ini yang bisa disetel sejauh apa timing mau digeser.
Cheetah: 0811-940764
Varro
Jagoan Christomas, juragan Junior Motorsport (JMS) yang berlokasi di Cibinong, Bogor, Jabar termasuk paling terjangkau dari sisi harga. Cukup dengan kocek Rp 217 ribu, Anda sudah bisa bawa pulang. "Sasarannya memang pengendara harian," terang Fentino, marketing manager JMS.
Sayang, JMS belum memproduksi CDI khusus D-Tracker 150. Tapi pakai milik Suzuki Shogun 125 karena soketnya persis sama. "Kaki-kaki sama dan bisa diaplikasi," lanjutnya.
Benar saja, setelah dipasang motor mampu hidup normal. Namun saat digeber pol, power mesin D-tracker cuma tekerek jadi 9,89 dk/7.900 rpm dengan torsi 10,14 Nm/5.400 rpm. Lumayan, ada perbaikan tenaga 0,45 dk dan torsi 0,51 Nm. Karakter tenaganya mirip standar, tapi torsi maksimal lebih cepat dicapai.
JMS: 021-8790 1768
MotoBike - Kini Kawasaki D-Tracker 150 kian banyak berkeliaran di jalan. Pasti banyak pula perangkat aftermarket-nya di pasaran. Salah satunya otak pengapian alias CDI.
Di pasaran, ada 4 CDI untuk motor ini yang bisa dilirik buat ningkatin performa supermoto mini Kawasaki tersebut. Namun seberapa besar khasiatnya dalam mendongkrak performa, tentu belum banyak yang tahu. Nah, kali ini kami mengomparasi keempat CDI tersebut buat pembesut D-Tracker yang berniat tebus otak pengapian high performance.
Semua produk sistem pemasangannya langsung colok alias plug and play (PnP). Metode pengujiannya diukur pakai mesin dyno milik Sportisi Motorsport di Jl. Tenggiri No.4A, Jaktim. D-Tracker yang dijadikan bahan praktik kami pinjam unit gres dari PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI).
Hasil pengukuran tenaga standarnya tercatat 9,44 dk/8.200 rpm dengan torsi maksimal 9,63 Nm/5.600 rpm. Lantas seperti apa hasilnya bila CDI diganti pakai tiap-tiap kontestan kita kali ini? Yuk intip saja hasilnya!
BRT Power Max-HYPERBAND
Produk rancangan PT Trimentri Niaga (TN) yang dikomandani Tomy Huang di Cibinong, Bogor, Jabar ini mengandalkan tipe Power Max-Hyperband. Pemasangan tinggal plug & play, karena hanya menyajikan satu kurva, makanya tak perlu setting apapun. Dijual Rp 430 ribu.
Kendati PnP, power yang bisa dibangkitkan tergolong mantap. Tenaga terkerek jadi 10,04 dk/7.850 rpm, sedang torsi 10,29 Nm/5.500 rpm. Naik sebesar 0,6 dk dan 0,66 Nm. Karakter tenaga dan torsi mirip standarnya.
BRT: 021-8790 8958
Nojikawa
CDI yang jadi perangkat resmi Kawasaki ini penuh fitur mumpuni. Apalagi untuk yang gemar utak-atik sendiri. Total punya 16 pilihan timing, plus masih ada setelan untuk pulser angle. "Mesin harian pakai pilihan 0 sampai 4, sedang untuk stage 1 pakai 5 sampai 9, sedang pilihan A sampai F untuk yang sudah korek ekstrem," jelas Robert Cong, dari PT. Global Motorindo selaku distributor resminya.
Nah, hasil tes OTOMOTIF mendapatkan setting D-Tracker maksimal di setelan angka 3, yang mendapatkan tenaga maksimal 10,09 dk/7.850 rpm, dengan torsi 10,23 dk/5.500 rpm. Peningkatannya lumayan sebanding kan dengan banderolnya yang Rp 650 ribu?
Global Motorindo: 021-4287 6931
Cheetah Power
Produk ber-casing hijau mentereng ini mendapatkan tenaga maksimal 10,00 dk/7.850 rpm dengan torsi 10,17 Nm/5.400 rpm. Enaknya, CDI dual band ini bisa dibilang user friendly karena mudah untuk di-setting. Harganya pun cukup terjangkau di rentang Rp 450 ribu.
"Format database-nya disimpan dalam file Excel, jadi kompatibel di komputer manapun," ungkap Ari Tristianto, dari bengkel Dinamika Motor Sport yang jadi distributor. Kalau kurang puas, tinggal cari ubah timing tiap kelipatan 0,5 derajat.
Berkat fitur dual band itu juga terdapat tombol selektor timing pengapian mana yang ingin digunakan. Nah, masing-masing opsi ini yang bisa disetel sejauh apa timing mau digeser.
Cheetah: 0811-940764
Varro
Jagoan Christomas, juragan Junior Motorsport (JMS) yang berlokasi di Cibinong, Bogor, Jabar termasuk paling terjangkau dari sisi harga. Cukup dengan kocek Rp 217 ribu, Anda sudah bisa bawa pulang. "Sasarannya memang pengendara harian," terang Fentino, marketing manager JMS.
Sayang, JMS belum memproduksi CDI khusus D-Tracker 150. Tapi pakai milik Suzuki Shogun 125 karena soketnya persis sama. "Kaki-kaki sama dan bisa diaplikasi," lanjutnya.
Benar saja, setelah dipasang motor mampu hidup normal. Namun saat digeber pol, power mesin D-tracker cuma tekerek jadi 9,89 dk/7.900 rpm dengan torsi 10,14 Nm/5.400 rpm. Lumayan, ada perbaikan tenaga 0,45 dk dan torsi 0,51 Nm. Karakter tenaganya mirip standar, tapi torsi maksimal lebih cepat dicapai.
JMS: 021-8790 1768
Speedometer
Sepengetahuan saya sih ada pengaruhnya.
Sebelumnya perlu di pahami bahwa speedometer bawaan pabrikan (mobil/motor) bukan ditujukan sebagai penunjuk kecepatan yg akurat, tapi lebih berperan sbg perangkat keselamatan. Maka pembacaan speedometer biasanya dilebihi s/d maks 10%. Karena gak mesti akurat ini lah ongkos produksinya jd murah . Kalau mau akurat coba pake pembacaan speed di GPS.
kalau mau konversi kecepatan yg terbaca pada speedometer setelah ganti ban 17", rumusnya:
contoh:
pembacaan speedo : 60 Kpj
diameter roda baru : 17"
diameter roda lama : 14"
kecepatan terkonversi = (17"/14") x 60 Kpj = 72.86 Kpj
singkatnya,
Tapi ini itungan kasar ya, karena pembacaan speedo nya sendiri tidak 100% akurat. Sebagai pembanding, coba bandingkan dengan pembacaan kecepatan pada GPS
CMIIW, monggo kalau ada koreksi
Sebelumnya perlu di pahami bahwa speedometer bawaan pabrikan (mobil/motor) bukan ditujukan sebagai penunjuk kecepatan yg akurat, tapi lebih berperan sbg perangkat keselamatan. Maka pembacaan speedometer biasanya dilebihi s/d maks 10%. Karena gak mesti akurat ini lah ongkos produksinya jd murah . Kalau mau akurat coba pake pembacaan speed di GPS.
kalau mau konversi kecepatan yg terbaca pada speedometer setelah ganti ban 17", rumusnya:
contoh:
pembacaan speedo : 60 Kpj
diameter roda baru : 17"
diameter roda lama : 14"
kecepatan terkonversi = (17"/14") x 60 Kpj = 72.86 Kpj
singkatnya,
Tapi ini itungan kasar ya, karena pembacaan speedo nya sendiri tidak 100% akurat. Sebagai pembanding, coba bandingkan dengan pembacaan kecepatan pada GPS
CMIIW, monggo kalau ada koreksi
Velg dan ban
velg yang di anjurkan yaitu :
depan : ukuran 300
belakang : ukuran 350
ban yang di anjurkan:
depan : 110/70/17
belakang : 130/70/17
depan : ukuran 300
belakang : ukuran 350
ban yang di anjurkan:
depan : 110/70/17
belakang : 130/70/17
GEAR
merk tk
gir 48/49/50 : Rp. +/- 120rb (polaris bonjer)
rante 428 : 130 mata : Rp. +/-100rb (750 /mata)
rante 520 (gold) : 130 mata : +/- 350rb (2500/mata)
gir 48/49/50 : Rp. +/- 120rb (polaris bonjer)
rante 428 : 130 mata : Rp. +/-100rb (750 /mata)
rante 520 (gold) : 130 mata : +/- 350rb (2500/mata)
suber : kaskus.us (maaf link nya di cari gak ketemu)